cover novel
Hi...
Emmm, memang segala sesuatu
ketika dimulai dari awal, rasanya dan hasilnya tak lagi sama. Iya tidak? Inilah
yang sedang gue alami di dalam blog ini yang segalanya dimulai dari awal
meskipun postingan jaman dahulu masih ada dan tersimpan di draft.
Ah sudah, tak perlu meratapi apa
yang telah terjadi. Hey, masa kejayaanmu itu sudah sirna. Hidup itu bagaikan
roda yang berputar. Dulu, pernah di atas, pernah populer, pernah banyak fans
yang menanti setiap karya baru setiap minggu. Nah, sekarang semua itu tak lagi
sama. Ketika mulai berhenti, yang tadinya setia menunggu pun sudah lupa dengan
kebiasaan mereka saat itu atau mereka telah berpaling ke orang baru yang lebih
mengerti mereka yang setia menunggu.
Bukan lagi waktunya meratapi ini
dan itu. Jalani saja, mulai dari awal dan benar-benar memulai dari titik
terendah untuk mencapai puncak tertinggi. Toh niatnya bukan mencari
popularitas. Hanya menyalurkan hobi. Okelah sudah cukup berkeluh kesah. Saatnya
#Mereview Novel yang membuat hampir gila dengan ending yang begitu....
ahahahhaaha.
Oke dimulai, gue akan
menceritakan tentang novelnya penulis yang dulunya tidak gue ketahui sama
sekali. Dia dalah John Green. Dulu, gue tahu John Green karena nonton film The
Fault in Our Stars. Dulu, nonton film The Fault in Our Stars karena soundtrack
film itu adalah lagunya Ed Sheeran yang judulnya All of the Stars. Lagunya
bagus dan jadi tertarik dengan filmnya. Sayangnya, dulu nonton film itu bukan
di bioskop tapi minta doi buat download hehe. Doi yang tak kunjung kumiliki
meskipun hampir kumiliki tapi ya seperti lagu berjudul Almost in Never Enough,
hampir aja itu gak cukup.
sinopsis novel
Nah dulu pas main ke toko buku,
gue nemu ada novel The Fault in Our Stars dan covernya udah pakai fotonya si
Hazel Green dan pacarnya siapa sih ya aku tuh lupa. Ingin beli tapi udah nonton
filmnya jadi tidak seru dong. Gue beralih ke novel lain, nemu beberapa novel
seperti Paper Towns, Looking for Alaska, Let it Snow, dan The Abundance of
Katherine. Akan tetapi, gue ngambil yang Looking for Alaska. Entah mengapa,
tertarik aja dengan sinopsisnya yang menyebutkan bahwa si tokoh laki-lakinya
gemar mempelajari tentang kalimat terakhir dari tokoh-tokoh penting dunia dan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi.
Pada akhirnya, gue beli dong
dengan harga yang standar kalau di toko buku sih. Sampai di kost, gue baca dong
tapi namanya novel terjemahan ya bahasanya berat. Gue menikmati setiap BAB yang
ada di dalam novel itu.
Hal yang gue suka dari karya John
Green adalah, dia selalu menulis novel dengan sudut pandang orang pertama jadi
seolah gue ikut hanyut dalam cerita. Novelnya mengisahkan tentang seorang
laki-laki yang sering kali dipanggil Pudge. Dia tinggal di asrama dan dia masih
sekolah dong, anak muda banget.
Gue gak mau cerita banyak tentang
isi cerita dalam novel itu. Akan tetapi, gue mau bilang kalau gue jadi jatuh
cinta sama John Green setelah membaca novel itu. Ini serius. Apalagi, ceritanya
begitu membuat penasaran dan benar-benar asiklah cerita perjalanan ceritanya
itu luar biasa.
Mulai luar biasa saat si tokoh
perempuan ini muncul. Alaska, dia bernama Alaska. Nah, ceritanya itu mulai
menantang dong karena Alaska itu kalau gue bilang mah anak asrama dan murid
perempuan yang cukup liar. Seru, dia itu sungguh luar biasa dan begitu rumit
untuk dipahami.
Pada akhirnya, kerumitan dan
kemisteriusan Alaska yang membuat Pudge tertarik. Kisah cinta yang disajikan
juga tidaklah begitu banyak karena John Green, gue rasa bukan tipikal penulis
yang melulu soal cinta, atau kisah cinta yang dimulai dari nol dan berakhir
dengan bahagia. Begitu murah jika seperti itu. Tidak menarik.
Novel tersebut menyajikan cerita
yang perlu dipecahkan. Cinta hanyalah bumbu pemanis saja namun bukanlah poin
utama. Setiap BAB sungguh menyajikan keseruannya tersendiri. Gue suka dan
selalu penasaran endingnya akan seperti apa. Catatan, ada adegan ehem juga di novel itu ya maklumlah kan novel terjemahan dan pasti ala-ala barat anak mudanya. Asramanya juga uuhh ngeri, beserta dengan kehidupan di asrama itu.
Ah, sudah hampir ending dan pada
kenyataannya memang ya sejatinya tidak pernah ada akhir yang menyenangkan.
Menyisakan sebuah misteri yang harus dipecahkan. Akhir yang dramatis dan sebuah
akhir yang begitu membuat hati ini tersentuh bahkan air mata ini hampir saja
jatuh membasahi pipi. Memang hidup penuh dengan kemungkinan-kemungkinan. Kemungkinan baik maupun kemungkinan terburuk.
Mau tau bagaimana ending dari
Novel itu? baca aja.
Pada intinya, ceritanya bagus dan
membuat ketagihan membaca karya seorang John Green.
Gue rasa, kalian perlu membaca
novel itu agar tahu bagaimana rasanya ditinggal pas lagi sayang-sayangnya, ups. Bukan hanya itu saja, tapi kalian
akan diajak bepetualang bersama dengan Alaska dan juga Pudge serta kawan-kawan.
Ya, banyak hal yang menarik tentunya.
Oke sudah cukup yaa. Semoga
bermanfaat.
Terimakasih.
“Hidup memang sejatinya penuh dengan misteri. Awalnya tak pernah
berfikir tentang hadirmu dan pada akhirnya juga tak pernah berfikir bagaimana
cara kepergianmu. Ya, aku paham bahwa hidup penuh dengan segala macam
kemungkinan.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar