Senin, 28 Januari 2019

#Mereview Novel: Looking for Alaska

cover novel

Hi...

Emmm, memang segala sesuatu ketika dimulai dari awal, rasanya dan hasilnya tak lagi sama. Iya tidak? Inilah yang sedang gue alami di dalam blog ini yang segalanya dimulai dari awal meskipun postingan jaman dahulu masih ada dan tersimpan di draft.

Ah sudah, tak perlu meratapi apa yang telah terjadi. Hey, masa kejayaanmu itu sudah sirna. Hidup itu bagaikan roda yang berputar. Dulu, pernah di atas, pernah populer, pernah banyak fans yang menanti setiap karya baru setiap minggu. Nah, sekarang semua itu tak lagi sama. Ketika mulai berhenti, yang tadinya setia menunggu pun sudah lupa dengan kebiasaan mereka saat itu atau mereka telah berpaling ke orang baru yang lebih mengerti mereka yang setia menunggu.

Bukan lagi waktunya meratapi ini dan itu. Jalani saja, mulai dari awal dan benar-benar memulai dari titik terendah untuk mencapai puncak tertinggi. Toh niatnya bukan mencari popularitas. Hanya menyalurkan hobi. Okelah sudah cukup berkeluh kesah. Saatnya #Mereview Novel yang membuat hampir gila dengan ending yang begitu.... ahahahhaaha.

Oke dimulai, gue akan menceritakan tentang novelnya penulis yang dulunya tidak gue ketahui sama sekali. Dia dalah John Green. Dulu, gue tahu John Green karena nonton film The Fault in Our Stars. Dulu, nonton film The Fault in Our Stars karena soundtrack film itu adalah lagunya Ed Sheeran yang judulnya All of the Stars. Lagunya bagus dan jadi tertarik dengan filmnya. Sayangnya, dulu nonton film itu bukan di bioskop tapi minta doi buat download hehe. Doi yang tak kunjung kumiliki meskipun hampir kumiliki tapi ya seperti lagu berjudul Almost in Never Enough, hampir aja itu gak cukup.

sinopsis novel

Nah dulu pas main ke toko buku, gue nemu ada novel The Fault in Our Stars dan covernya udah pakai fotonya si Hazel Green dan pacarnya siapa sih ya aku tuh lupa. Ingin beli tapi udah nonton filmnya jadi tidak seru dong. Gue beralih ke novel lain, nemu beberapa novel seperti Paper Towns, Looking for Alaska, Let it Snow, dan The Abundance of Katherine. Akan tetapi, gue ngambil yang Looking for Alaska. Entah mengapa, tertarik aja dengan sinopsisnya yang menyebutkan bahwa si tokoh laki-lakinya gemar mempelajari tentang kalimat terakhir dari tokoh-tokoh penting dunia dan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi.

Pada akhirnya, gue beli dong dengan harga yang standar kalau di toko buku sih. Sampai di kost, gue baca dong tapi namanya novel terjemahan ya bahasanya berat. Gue menikmati setiap BAB yang ada di dalam novel itu. 

Hal yang gue suka dari karya John Green adalah, dia selalu menulis novel dengan sudut pandang orang pertama jadi seolah gue ikut hanyut dalam cerita. Novelnya mengisahkan tentang seorang laki-laki yang sering kali dipanggil Pudge. Dia tinggal di asrama dan dia masih sekolah dong, anak muda banget.

Gue gak mau cerita banyak tentang isi cerita dalam novel itu. Akan tetapi, gue mau bilang kalau gue jadi jatuh cinta sama John Green setelah membaca novel itu. Ini serius. Apalagi, ceritanya begitu membuat penasaran dan benar-benar asiklah cerita perjalanan ceritanya itu luar biasa.

Mulai luar biasa saat si tokoh perempuan ini muncul. Alaska, dia bernama Alaska. Nah, ceritanya itu mulai menantang dong karena Alaska itu kalau gue bilang mah anak asrama dan murid perempuan yang cukup liar. Seru, dia itu sungguh luar biasa dan begitu rumit untuk dipahami.

Pada akhirnya, kerumitan dan kemisteriusan Alaska yang membuat Pudge tertarik. Kisah cinta yang disajikan juga tidaklah begitu banyak karena John Green, gue rasa bukan tipikal penulis yang melulu soal cinta, atau kisah cinta yang dimulai dari nol dan berakhir dengan bahagia. Begitu murah jika seperti itu. Tidak menarik.

Novel tersebut menyajikan cerita yang perlu dipecahkan. Cinta hanyalah bumbu pemanis saja namun bukanlah poin utama. Setiap BAB sungguh menyajikan keseruannya tersendiri. Gue suka dan selalu penasaran endingnya akan seperti apa. Catatan, ada adegan ehem juga di novel itu ya maklumlah kan novel terjemahan dan pasti ala-ala barat anak mudanya. Asramanya juga uuhh ngeri, beserta dengan kehidupan di asrama itu.

Ah, sudah hampir ending dan pada kenyataannya memang ya sejatinya tidak pernah ada akhir yang menyenangkan. Menyisakan sebuah misteri yang harus dipecahkan. Akhir yang dramatis dan sebuah akhir yang begitu membuat hati ini tersentuh bahkan air mata ini hampir saja jatuh membasahi pipi. Memang hidup penuh dengan kemungkinan-kemungkinan. Kemungkinan baik maupun kemungkinan terburuk. 

Mau tau bagaimana ending dari Novel itu? baca aja.

Pada intinya, ceritanya bagus dan membuat ketagihan membaca karya seorang John Green.

Gue rasa, kalian perlu membaca novel itu agar tahu bagaimana rasanya ditinggal pas lagi sayang-sayangnya, ups. Bukan hanya itu saja, tapi kalian akan diajak bepetualang bersama dengan Alaska dan juga Pudge serta kawan-kawan. Ya, banyak hal yang menarik tentunya.

Oke sudah cukup yaa. Semoga bermanfaat.

Terimakasih.

“Hidup memang sejatinya penuh dengan misteri. Awalnya tak pernah berfikir tentang hadirmu dan pada akhirnya juga tak pernah berfikir bagaimana cara kepergianmu. Ya, aku paham bahwa hidup penuh dengan segala macam kemungkinan.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Logika Berkata Rasa

Entah apa yang membuat akhir-akhir ini menjadi gemar membicarakan rasa. Rasa, apa itu rasa? Sebuah karunia dari Tuhan yang begitu kaya. Kar...