Jumat, 01 Februari 2019

#Melogic Apa yang Ditakuti Dari Kegagalan?

Hello, hi...
Kembali lagi dengan saya yang ingin sedikit mengajak kalian berfikir tentang sesuatu yang sepertinya seringkali ditakuti oleh banyak manusia termasuk diri saya sendiri. Yap, takut akan kegagalan atau gagal dalam meraih sesuatu yang diinginkan. Takut gagal dan takut akan terjatuh sehingga tak mampu untuk bangkit lagi.

Menurut kalian, kegagalan itu apa sih? Apakah suatu hal yang dihindari? Ataukah suatu hal yang sangat menakutkan? Mengerikan? Ataukah sebagai bayang-bayang yang menakutkan sehingga tidak mampu untuk melangkah? Ah, tidak-tidak, kegagalan tidak seekstrim itu.

Pernahkah kalian mengalami kegagalan? Pernahkah kalian gagal? coba jawab, jangan hanya diam saja.

Saya adalah salah satu orang yang sudah lebih dari dua kali gagal untuk urusan pendidikan dan karir. Awalnya, kegagalan terasa amat sangat menyakitkan bahkan membuat saya seolah tak mampu untuk bangkit. Dunia seolah sudah berakhir dan saya menjadi seorang yang benar-benar berakhir mengenaskan. Bukannya saya begitu melebihkan kegagalan yang pernah saya alami, namun memang itulah yang saya rasakan pada saat itu yaitu tahun 2011 dimana usia saya baru menginjak 17 tahun.

Bicara tentang usia 17 tahun, katanya 17 tahun adalah masa atau tahun dimana dunia begitu manis karena ada istilah sweet seventeen. Oh My God! Saya tidak merasakan manisnya usia 17 tahun seperti yang seringkali remaja lain alami. Masa-masa itu menjadi masa paling pahit selama perjalanan hidup 24 tahun ini. Serius, saya tidak mengada-ada.

Saat itu, saya gagal mendapatkan apa yang saya inginkan. Hidup terasa begitu tertekan dan merasa bahwa ya sudahlah memang saya orang yang bodoh dan tidak berguna. Ah sungguh menyedihkan dan membuat seringkali berderai air mata saat remaja. Menangis, menangis dan menangis. Tak jarang, orang disekitar bukannya membuat bangkit akan tetapi membuat semakin jatuh dan terinjak. Begitu menyedihkan.

Apalagi, saat kembali gagal di tahun yang sama. Benar-benar sangat mengecewakan dan memalukan. Mengemban beban berat eksprektasi orang tua yang menginginkan anaknya begini dan begitu namun hasil yang didapatkan benar-benar kosong, tak ada hasil apapun. Malu? Oh jelas. Kecewa? pasti dong.

Akhirnya, sebuah keputusan harus diambil. Keputusan saya pada saat itu adalah melanjutkan perjuangan di tahun selanjutnya. Intinya, saya tidak ingin menjadi orang yang semakin bodoh.

Lambat laun, hidup terasa berat memang apalagi ketika banyak mulut tetangga yang berbicara seenaknya tak mau memahami bagaimana sih perasaan orang lain. Ah sungguh menyedihkan. Semua itu terdengar begitu menyebalkan memang, tak jarang menjatuhkan mental. Akan tetapi, entah apa yang terjadi saat itu bertemu dengan seseorang yang mampu menyadarkan logika saya yang mulai tidak waras bahwa tidak ada gunanya terus meratapi apa yang telah terjadi atau kegagalan yang terjadi.

Oke, saat itu saya mulai berfikir tentang hidup saya. Bagaimana cara untuk bangkit dari kegagalan dan meraih hal yang saya inginkan sehingga saya tidak gagal untuk kedua kalinya. Kalian tahu kan? Kegagalan begitu menyakitkan.

Hari demi hari dilalui dengan lebih baik. Hidup mulai tertata setelah enam bulan hidup terasa begitu menyedihkan sebagai pengangguran yang mendambakan kesuksesan. Pola berfikir juga mulai berubah menjadi lebih baik. Tidak ingin terus menerus larut dalam kesengsaraan. Mulai usaha sungguh-sungguh dan mulai mendekatkan diri pada Sang Pencipta.

Ya, kadang saya merasa malu. Mengapa saya mendekat ketika sedang butuh saja? ah, sungguh tidak bisa dibiarkan. Manusia macam apa saya ini?

Beberapa bulan memperbaiki diri, memperbaiki niat, memperbaiki semangat dan mulailah menjadi manusia yang haus akan ilmu, haus akan amat perbuatan baik dan pada akhirnya merasa benar-benar menjadi manusia baru. Ada yang mengatakan bahwa ketika kita menginginkan sesuatu yang besar, semua itu dimulai dari sesuatu yang kecil.

Dari hal itulah saya mencoba memulai sesuatu hal yang kecil dari waktu saya bangun di pagi hari. Mulai bangun pukul lima pagi dan ketika lebih dari itu saya memberikan reward untuk diri sendiri berupa sit up 10 atau 20 kali. Setelah itu, saya juga melanjutkan melakukan hal lain seperti membantu mengerjakan pekerjaan rumah bahkan hampir semua pekerjaan rumah saya yang mengerjakan. Sungguh masa dimana saya menjadi seorang yang mau bekerja keras bangkit dari keterpurukan, saya rasa.

Lambat laun, saya juga menjadi seorang yang lebih percaya diri dan lebih matang. Saya belajar mengambil keputusan dan segala resiko saya siap hadapi meskipun sesungguhnya ada rasa dalam hati yang masih merasa sedikit bahkan banyak trauma akan kegagalan itu. Saya takut gagal, lagi dan lagi. Akan tetapi pada akhirnya, saya berani memutuskan untuk mengambil sesuatu yang  bermanfaat untuk saya dikemudian hari.

Pasrah namun yakin. Pada akhirnya entah apa yang terjadi entah skenario apa yang memang benar-benar Allah siapkan untuk saya, yey saya berhasil juga mendapatkan apa yang memang saya butuhkan. Dari hal itu saya yakin bahwa Allah akan memberikan segala sesuatu pada HambaNya di saat yang tepat dan memang hal itu dibutuhkan oleh HambaNya. Saat gagal, saya rasa semuanya belum tepat dan saya belum siap.

Selah saya berhasil mendapatkan apa yang saya idamkan, hidup saya tak serta merta selalu bahagia dan selalu berhasil mendapatkan apa yang saya inginkan. Saya juga sempat gagal beberapa kali. Terbaru adalah tahun lalu, tahun 2018. Saya gagal dan konyol sekali rasanya.

Kenapa saya mengatakan konyol? Ya, andai saja pada saat itu saya menuruti apa yang ayah saya katakan, saya pasti akan berhasil. Sayangnya, saya tidak menurutinya dan mengambil keputusan sendiri tanpa pedulikan masukan ayah saya. Konyol bukan?

Akan tetapi, mungkin karena sudah sering mengalami kegagalan, saya tidak benar-benar merasa terpuruk atau meratapi kegagalan terbaru saya secara berlebihan. Mental saya sudah teruji dengan beberapa kali mengalami kegagalan yang begitu menyakitkan. Ya memang ada rasa menyesal karena tidak mendengarkan perkataan orang tua, namun aku hanya mampu mengambil hikmah dari kegagalan ini.

Saya rasa, disetiap kegagalan yang saya alami memang ada hikmah di baliknya. Tuhan secara tidak langsung menyadarkan pada saya bahwa berjuang meraih sesuatu yang besar itu tidaklah sederhana karena memerlukan persiapan dan proses yang tidak biasa. Selain itu, Tuhan juga mengajarkan pada saya agar saya tetap kuat sehingga mampu bangkit dalam memperbaiki kegagalan menjadi sebuah kesuksesan di waktu yang tepat.

Coba banyangkan ketika seseorang selalu mendapat kemudahan disetiap jalan yang ia lalui, bagaimana mental mereka? Saya tidak yakin ketika suatu hari dia mendapat kesulitan atau ditempa kegagalan, dia mampu bangkit dari kegagalan dengan mudah. Bisa saja, dia tidak siap secara mental dan terpuruk dalam kegagalan hingga tak bisa bangkit pada akhirnya tenggelam dalam kegagalan.

Oleh sebab itu, apa sih yang ditakuti dari kegagalan? Ya memang mengecewakan, akan tetapi, tidaklah seburuk itu ketika kita dapat mengambil hikmah dari kegagalan yang dialami.

Hikmahnya apa saja si? Ya apa saja yang dapat diambil, setiap orang dalam melihat hikmah dibalik suatu musibah atau kejadian itu tidaklah sama bahkan ada yang tidak dapat melihat hikmahnya. Payah, bukan? Jangan sampai kita menjadi golongan orang seperti itu.

Luangkan waktu untuk sejenak berpikir apa yang terjadi ketika mengalami kegagalan, usaha apa yang dilakukan untuk bangkit perlahan, atau justru ratapan apa yang selalu dinomor satukan ketika mengalami kegagalan hingga akhirnya jatuh dan terpuruk. Coba luangkan waktu kalian untuk berpikir. Ya, setidaknya dengan berpikir, kalian akan memahami jawaban tentang pertanyaan “apa sih yang ditakutkan dari kegagalan?”

Ingatlah bahwa jangan biarkan hidupmu berakhir karena kegagalan yang menimpamu. Gagal sekali bukan berarti akan gagal selamanya seumur hidupmu. Gagal sekali, berhasil ribuan kali. Lebih baik untuk tidak mengakhiri perjuangan ketika mengalami kegagalan. Hidupmu akan terasa sangat sia-sia ketika begitu dalam meratapi kegagalan. Bukankah begitu? Kegagalan tidak berhak merenggut masa depanmu dan memvonis hidupmu berakhir tanpa makna.

Seorang yang sukses adalah seorang yang berani mengambil resiko meskipun itu adalah sebuah kegagalan. Akan tetapi, seorang yang sukses adalah seorang yang tidak serta merta menerima kegagalan yang membuat orang tersebut mundur hingga berhentu berusaha. Orang yang sukses adalah orang yang mampu berusaha memperbaiki usahanya ketika mengalami kegagalan agar tidak lagi mengalami kegagalan yang sama. Berani belajar dari kesalahan dan berusaha lebih dibanding usaha yang telah lalu.

Bukankah begitu?

Ah sudah lah ya, sekian dari saya dan semoga bermanfaat.

“Kita boleh gagal saat ini namun kita tidak boleh gagal lagi esok hari.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Logika Berkata Rasa

Entah apa yang membuat akhir-akhir ini menjadi gemar membicarakan rasa. Rasa, apa itu rasa? Sebuah karunia dari Tuhan yang begitu kaya. Kar...