Hello, hi...
Kembali lagi dengan saya yang
ingin sedikit mengajak kalian berfikir tentang sesuatu yang sepertinya
seringkali ditakuti oleh banyak manusia termasuk diri saya sendiri. Yap, takut
akan kegagalan atau gagal dalam meraih sesuatu yang diinginkan. Takut gagal dan
takut akan terjatuh sehingga tak mampu untuk bangkit lagi.
Menurut kalian, kegagalan itu apa sih? Apakah suatu hal yang dihindari? Ataukah suatu hal yang sangat menakutkan? Mengerikan? Ataukah sebagai bayang-bayang yang menakutkan sehingga tidak mampu untuk melangkah? Ah, tidak-tidak, kegagalan tidak seekstrim itu.
Pernahkah kalian mengalami kegagalan? Pernahkah kalian gagal? coba jawab, jangan hanya diam saja.
Saya adalah salah satu orang yang sudah lebih dari dua kali gagal untuk urusan pendidikan dan karir. Awalnya, kegagalan terasa amat sangat menyakitkan bahkan membuat saya seolah tak mampu untuk bangkit. Dunia seolah sudah berakhir dan saya menjadi seorang yang benar-benar berakhir mengenaskan. Bukannya saya begitu melebihkan kegagalan yang pernah saya alami, namun memang itulah yang saya rasakan pada saat itu yaitu tahun 2011 dimana usia saya baru menginjak 17 tahun.
Bicara tentang usia 17 tahun, katanya 17 tahun adalah masa atau tahun dimana dunia begitu manis karena ada istilah sweet seventeen. Oh My God! Saya tidak merasakan manisnya usia 17 tahun seperti yang seringkali remaja lain alami. Masa-masa itu menjadi masa paling pahit selama perjalanan hidup 24 tahun ini. Serius, saya tidak mengada-ada.
Saat itu, saya gagal mendapatkan
apa yang saya inginkan. Hidup terasa begitu tertekan dan merasa bahwa ya
sudahlah memang saya orang yang bodoh dan tidak berguna. Ah sungguh menyedihkan
dan membuat seringkali berderai air mata saat remaja. Menangis, menangis dan
menangis. Tak jarang, orang disekitar bukannya membuat bangkit akan tetapi
membuat semakin jatuh dan terinjak. Begitu menyedihkan.
Apalagi, saat kembali gagal di
tahun yang sama. Benar-benar sangat mengecewakan dan memalukan. Mengemban beban
berat eksprektasi orang tua yang menginginkan anaknya begini dan begitu namun
hasil yang didapatkan benar-benar kosong, tak ada hasil apapun. Malu? Oh jelas.
Kecewa? pasti dong.
Akhirnya, sebuah keputusan harus
diambil. Keputusan saya pada saat itu adalah melanjutkan perjuangan di tahun
selanjutnya. Intinya, saya tidak ingin menjadi orang yang semakin bodoh.
Lambat laun, hidup terasa berat
memang apalagi ketika banyak mulut tetangga yang berbicara seenaknya tak mau
memahami bagaimana sih perasaan orang lain. Ah sungguh menyedihkan. Semua itu
terdengar begitu menyebalkan memang, tak jarang menjatuhkan mental. Akan
tetapi, entah apa yang terjadi saat itu bertemu dengan seseorang yang mampu
menyadarkan logika saya yang mulai tidak waras bahwa tidak ada gunanya terus
meratapi apa yang telah terjadi atau kegagalan yang terjadi.
Oke, saat itu saya mulai berfikir
tentang hidup saya. Bagaimana cara untuk bangkit dari kegagalan dan meraih hal
yang saya inginkan sehingga saya tidak gagal untuk kedua kalinya. Kalian tahu
kan? Kegagalan begitu menyakitkan.
Hari demi hari dilalui dengan
lebih baik. Hidup mulai tertata setelah enam bulan hidup terasa begitu
menyedihkan sebagai pengangguran yang mendambakan kesuksesan. Pola berfikir
juga mulai berubah menjadi lebih baik. Tidak ingin terus menerus larut dalam
kesengsaraan. Mulai usaha sungguh-sungguh dan mulai mendekatkan diri pada Sang
Pencipta.
Ya, kadang saya merasa malu.
Mengapa saya mendekat ketika sedang butuh saja? ah, sungguh tidak bisa
dibiarkan. Manusia macam apa saya ini?
Beberapa bulan memperbaiki diri,
memperbaiki niat, memperbaiki semangat dan mulailah menjadi manusia yang haus
akan ilmu, haus akan amat perbuatan baik dan pada akhirnya merasa benar-benar
menjadi manusia baru. Ada yang mengatakan bahwa ketika kita menginginkan
sesuatu yang besar, semua itu dimulai dari sesuatu yang kecil.
Dari hal itulah saya mencoba
memulai sesuatu hal yang kecil dari waktu saya bangun di pagi hari. Mulai
bangun pukul lima pagi dan ketika lebih dari itu saya memberikan reward untuk diri sendiri berupa sit up
10 atau 20 kali. Setelah itu, saya juga melanjutkan melakukan hal lain seperti
membantu mengerjakan pekerjaan rumah bahkan hampir semua pekerjaan rumah saya
yang mengerjakan. Sungguh masa dimana saya menjadi seorang yang mau bekerja
keras bangkit dari keterpurukan, saya rasa.
Lambat laun, saya juga menjadi
seorang yang lebih percaya diri dan lebih matang. Saya belajar mengambil
keputusan dan segala resiko saya siap hadapi meskipun sesungguhnya ada rasa
dalam hati yang masih merasa sedikit bahkan banyak trauma akan kegagalan itu.
Saya takut gagal, lagi dan lagi. Akan tetapi pada akhirnya, saya berani
memutuskan untuk mengambil sesuatu yang
bermanfaat untuk saya dikemudian hari.
Pasrah namun yakin. Pada akhirnya
entah apa yang terjadi entah skenario apa yang memang benar-benar Allah siapkan
untuk saya, yey saya berhasil juga mendapatkan apa yang memang saya butuhkan.
Dari hal itu saya yakin bahwa Allah akan memberikan segala sesuatu pada
HambaNya di saat yang tepat dan memang hal itu dibutuhkan oleh HambaNya. Saat
gagal, saya rasa semuanya belum tepat dan saya belum siap.
Selah saya berhasil mendapatkan
apa yang saya idamkan, hidup saya tak serta merta selalu bahagia dan selalu
berhasil mendapatkan apa yang saya inginkan. Saya juga sempat gagal beberapa
kali. Terbaru adalah tahun lalu, tahun 2018. Saya gagal dan konyol sekali
rasanya.
Kenapa saya mengatakan konyol?
Ya, andai saja pada saat itu saya menuruti apa yang ayah saya katakan, saya
pasti akan berhasil. Sayangnya, saya tidak menurutinya dan mengambil keputusan
sendiri tanpa pedulikan masukan ayah saya. Konyol bukan?
Akan tetapi, mungkin karena sudah
sering mengalami kegagalan, saya tidak benar-benar merasa terpuruk atau
meratapi kegagalan terbaru saya secara berlebihan. Mental saya sudah teruji
dengan beberapa kali mengalami kegagalan yang begitu menyakitkan. Ya memang ada
rasa menyesal karena tidak mendengarkan perkataan orang tua, namun aku hanya
mampu mengambil hikmah dari kegagalan ini.
Saya rasa, disetiap kegagalan
yang saya alami memang ada hikmah di baliknya. Tuhan secara tidak langsung
menyadarkan pada saya bahwa berjuang meraih sesuatu yang besar itu tidaklah
sederhana karena memerlukan persiapan dan proses yang tidak biasa. Selain itu,
Tuhan juga mengajarkan pada saya agar saya tetap kuat sehingga mampu bangkit
dalam memperbaiki kegagalan menjadi sebuah kesuksesan di waktu yang tepat.
Coba banyangkan ketika seseorang selalu
mendapat kemudahan disetiap jalan yang ia lalui, bagaimana mental mereka? Saya
tidak yakin ketika suatu hari dia mendapat kesulitan atau ditempa kegagalan,
dia mampu bangkit dari kegagalan dengan mudah. Bisa saja, dia tidak siap secara
mental dan terpuruk dalam kegagalan hingga tak bisa bangkit pada akhirnya
tenggelam dalam kegagalan.
Oleh sebab itu, apa sih yang
ditakuti dari kegagalan? Ya memang mengecewakan, akan tetapi, tidaklah seburuk
itu ketika kita dapat mengambil hikmah dari kegagalan yang dialami.
Hikmahnya apa saja si? Ya apa
saja yang dapat diambil, setiap orang dalam melihat hikmah dibalik suatu
musibah atau kejadian itu tidaklah sama bahkan ada yang tidak dapat melihat
hikmahnya. Payah, bukan? Jangan sampai kita menjadi golongan orang seperti itu.
Luangkan waktu untuk sejenak
berpikir apa yang terjadi ketika mengalami kegagalan, usaha apa yang dilakukan
untuk bangkit perlahan, atau justru ratapan apa yang selalu dinomor satukan
ketika mengalami kegagalan hingga akhirnya jatuh dan terpuruk. Coba luangkan
waktu kalian untuk berpikir. Ya, setidaknya dengan berpikir, kalian akan
memahami jawaban tentang pertanyaan “apa sih yang ditakutkan dari kegagalan?”
Ingatlah bahwa jangan biarkan
hidupmu berakhir karena kegagalan yang menimpamu. Gagal sekali bukan berarti
akan gagal selamanya seumur hidupmu. Gagal sekali, berhasil ribuan kali. Lebih
baik untuk tidak mengakhiri perjuangan ketika mengalami kegagalan. Hidupmu akan
terasa sangat sia-sia ketika begitu dalam meratapi kegagalan. Bukankah begitu?
Kegagalan tidak berhak merenggut masa depanmu dan memvonis hidupmu berakhir
tanpa makna.
Seorang yang sukses adalah
seorang yang berani mengambil resiko meskipun itu adalah sebuah kegagalan. Akan
tetapi, seorang yang sukses adalah seorang yang tidak serta merta menerima
kegagalan yang membuat orang tersebut mundur hingga berhentu berusaha. Orang
yang sukses adalah orang yang mampu berusaha memperbaiki usahanya ketika
mengalami kegagalan agar tidak lagi mengalami kegagalan yang sama. Berani
belajar dari kesalahan dan berusaha lebih dibanding usaha yang telah lalu.
Bukankah begitu?
Ah sudah lah ya, sekian dari saya
dan semoga bermanfaat.
“Kita
boleh gagal saat ini namun kita tidak boleh gagal lagi esok hari.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar