Senin, 11 Februari 2019

#Mereview Novel: Arah Langkah


Hello, world.

Oke gue kembali untuk mereview novel dari salah satu penulis yang gue suka karya-karyanya. Dia adalah bung Fiersa Besari. Entah apa yang membuat gue tiba-tiba merasa kecanduan sama karya bung satu ini. Berawal dari iseng lihat di toko buku sinopsisnya kok rasanya seperti menggugah diri untuk membaca. Yap, pada akhirnya gue memutuskan untuk membeli novel berjudul Arah Langkah agar gue tahu arah jalan hidup gue mau dibawa kemana wkwkwk.

Mulai yaa, dari cover novel itu sudah menunjukkan sesuatu yang membuat penasaran. Gue kan jadi penasaran dong, dari sinopsis juga membuat penasaran. Mengisahkan perjalanan bung dan teman-teman dalam mengelilingi Indonesia. Sebagai orang yang ingin keliling Dunia tapi hanyalah sebuah wacana, gue auto ingin baca gimana sih kisah perjalanan bung dan kawan-kawan karena saat gue baca novel Garis Waktu, gue juga udah terlena duluan sama setiap kata dan kalimat yang disuguhkan di dalamnya.

Di halaman awal, gue udah ketagihan ingin segera menyelesaikan sampai halaman akhir. Membuat penasaran dan membuat gue juga hanyut dalam cerita. Dari novel itu juga gue jadi tahu bagaimana sosok bung Fiersa yang mengalami sebuah pengalaman pahit dalam hidupnya namun bung berusaha bangkit dengan cara yang elegan. Alur cerita yang membuat gue tahu karena alurnya tidak melulu maju namun juga mundur beberapa langkah. Bagus dan ya menarik karena gue aja nulis alur maju belum seberapa hebat.

Kata, kalimat, dan paragraf dalam setiap bagian cerita ditulis secara sederhana namun mengena. Ringan tapi tidak murahan juga. Jadi, gue merasa asik saat membacanya dan mudah dipahami setiap kalimat, isi dan intinya.

Gue engga mau cerita banyak tentang novel karya bung Fiersa ini, karena menurut gue, kalian baca aja deh biar tahu isinya gimana secara keseluruhan. Menurut gue sih ya direkomendasikanlah. Gak rugi. Banyak kisah seru dan cerita seru serta petualangan seru di dalam bukunya.

Awalnya, gue merasa menikmati setiap bagian cerita di setiap tempat apalagi ketika masih di Pulau Sumatra. Akan tetapi, ketika sudah berpindah pulau gue jadi degdegan. Why? Karena halaman sisa yang belum gue baca itu tinggal dikit dan tempat yang ada di dalam benak gue, yang bikin gue penasaran belum terkuak di halaman sisa yang belum gue baca.

Ada beberapa hal yang membuat gue sedih yaitu di saat-saat menuju ending itu emmm bingung gue jelasinnya. Penuh dengan hal-hal tak terduga dan gue salut sama bung Fiersa tetap kekeuh dalam merampungkan misi berkelana meskipun ya ada saja halangan yang menghadang.

Nilai plus dalam novel itu adalah adanya beberapa foto yang mewakili perjalanan mereka di setiap tempat. Gue semakin antusias dong penasaran gimana pemandangan alam Indonesia yang katanya memang begitu indah. Ternyata benar, alam Indonesia itu begitu indah dan parahnya kenapa gue itu engga bener-bener niat buat sekedar berkunjung menikmatinya ketika gue masih senggang dulu?

Membaca novel Arah Langkah membuat gue sadar bahwa gue ini termasuk manusia rumahan yang membosankan. Gue engga punya kenekatan dan keberanian seperti bung Fiersa, seperti kak Prem temannya bung yang merupakan perempuan. Ah payah sekali. Dulu gue lulus kuliah langsung saja menjadi pengangguran yang tidak memanfaatkan masa-masa pengangguran dengan baik dengan sedikit belajar di alam bebas.

Novel Arah Langkah juga membuat gue tahu bahwa ketika kita memiliki tujuan baik, orang pasti akan baik sama kita. Karena apa? karena setiap mengunjungi tempat-tempat baru, bung seringkali menemukan teman baru dan tentunya orang yang baik juga dan teman yang dapat dijadikan saudara. Gue salut sama bung dan kawan-kawannya yang begitu pintar menempatkan diri dan beradaptasi dengan lingkungan baru dari Barat hingga Timur Indonesia. Gue belum tentu bisa seperti itu, karena gue seringkali malas untuk bertanya dan berbicara. Ah, sungguh kepribadian yang tidak baik.

Gue merasa sangat ingin sekali untuk bepetulang namun waktunya tak ada. Bukannya tak ada, gue aja yang engga berani untuk melangkah dan memutuskan untuk keluar dari zona nyaman. Membaca novel Arah Langkah membuat gue merasa bahwa gue itu ya orang yang benar-benar memiliki hidup membosankan. Gue ingin jadi temennya bung Fiersa yang berani mendaki gunung Mahameru padahal sebelumnya belum pernah mendaki sekalipun. Nah, gue mendaki gunung Api Purba Nglanggeran aja udah mau klenger di pos satu. Tahun lalu, gue jalan buat ke padang Savana di Dieng aja, benar-banar hampir engga kuat. Gue benar-benar merasa tidak percaya diri kalau gue bisa mendaki gunung sampai puncak.

Novel karya Bung Fiersa benar-benar membuat iri. Hahaha, maksud gue iri dalam artian kok ya pikiran gue sempit banget ya, kok hidup gue melulu buar karir, karir, dan karir. Gue suka nulis, kenapa gue nggak mencoba jadi penulis yang benar-benar serius.

Selain membuat iri, novel Arah Langkah ini membuat sedikit greget. Kenapa? Karena karya yang bagus itu adalah karya yang tidak benar-benar memiliki akhir yang pasti dan jelas. Aneh? Tidak juga, namun gue menikmati ending yang terpampang nyata meskipun pada akhirnya hanya menyisakan tanya.

Penasaran dengan kisah perjalanan bung Fiersa beserta teman-temannya? Baca saya novelnya. Dijamin tidak akan menyesal. Sungguh menarik dan benar-benar membuat diri ini menjadi sadar bahwa hidup itu tidak akan pernah asik jika hanya berdiam diri di dalam kamar.


“Melangkahlah dan jangan ragu. Keraguanmu akan membawamu ke tempat yang tidak tepat. ”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Logika Berkata Rasa

Entah apa yang membuat akhir-akhir ini menjadi gemar membicarakan rasa. Rasa, apa itu rasa? Sebuah karunia dari Tuhan yang begitu kaya. Kar...